Feeds:
Pos
Komentar

Archive for April, 2012

[Resensi] Divergent

Divergent

Judul Buku : Divergent

Pengarang : Veronica Roth

Penerbitan : 2011 oleh Katherine Tegen Books

Jumlah Halaman : 487

Ringkasan Cerita

Chicago masa depan. Keberadaan manusia dipisahan berdasarkan sifat yang dianutnya ke dalam 5 faction (golongan) yang berbeda. Ada Abnegation yang menganut selflessness (ketidakegoisan), Dauntless yang menganut keberanian, Erudite yang menganut pengetahuan, Candor yang meganut kejujuran, serta Amity yang menganut kedamaian. Kelima faction ini hidup rukun, dan masing-masing faction memiliki peran spesifik dalam kehidupan bermasyarakat.

Beatrice Prior dan keluarganya merupakan Abnegation, yang budayanya mengharuskan mereka untuk bertindak setidakegois mungkin, misalnya dengan selalu mengalah kepada orang lain, memakai baju abu-abu agar tidak menarik perhatian serta selalu siap untuk menolong dan mengabdi kepada orang lain. Sikap-sikap tidak egois ini membuat Abnegation ditunjuk oleh faction lain untuk memegang pemerintahan – teorinya adalah pemerintahan harus dipegang oleh orang-orang yang selalu bekerja berdasarkan kepentingan umum dan bukan untuk memenuhi ambisi pribadi. Semestinya para pejabat pemerintah dan wakil rakyat bisa mencontoh sifat ini dari Abnegation yaa, hahaha :D.

Diceritakan bahwa pada saat berusia 16 tahun, setiap orang akan mengikuti Choosing Ceremony untuk menentukan apakah mereka akan melanjutkan hidup di faction yang sama atau pindah ke faction lain. Pada tes yang dilakukan sebelum Choosing Ceremony untuk melihat kecenderungan sifat yang dianut seseorang, hasil tes Beatrice menunjukkan bahwa dia tidak hanya memiliki satu sifat yang menonjol, namun memiliki tiga: Abnegation, Dauntless dan Erudite. Orang-orang yang cocok di lebih dari satu faction disebut Divergent. Keberadaan seorang Divergent sangat jarang dan Beatrice diperingatkan untuk tidak menceritakan hasil tesnya kepada siapapun karena menjadi seorang Divergent sangatlah berbahaya.

Pada saat Choosing Ceremony, Beatrice memutuskan untuk meninggalkan keluarganya dan bergabung dengan Dauntless. Setelah memilih Dauntless pada Choosing Ceremony pun tidak berarti Beatrice bisa langsung menjadi anggota penuh Dauntless. Beatrice dan calon anggota Dauntless yang lain harus melalui proses inisiasi, dan dari 20 orang calon anggota hanya 10 orang yang akan lulus inisiasi dan berhak menjadi Dauntless. Sepuluh orang yang tereliminasi akan dikeluarkan dari Dauntless dan menjadi factionless, yaitu orang-orang yang tidak termasuk dalam faction manapun.

Setibanya di Dauntless, Beatrice mengubah namanya menjadi Tris. Hampir seluruh buku ini menceritakan proses inisiasi yang dilalui Tris dan teman-temannya. Dari belajar bertarung dengan tangan kosong, melempar pisau, hingga melalui fear simulation, yaitu simulasi yang menguji ketahanan para anggota terhadap ketakutan-ketakutan terbesar mereka.

Sementara di Dauntless para anggota berjuang untuk menjadi yang terbaik, di dunia luar mulai terjadi pergolakan, ketika para Erudite mulai mempertanyakan keberadaan Abnegation yang menjadi pelaku pemerintahan. Erudite mencba menghasut masyarakat dengan menyebarkan berita bahwa Erudite menyalahgunakan kekuasaan yang dimilikinya. Hal-hal yang terjadi di luar mulai mempengaruhi kondisi di Dauntless serta pandangan Tris terhadap dirinya sendiri dan dunianya.

Ulasan

Sebelumnya, saya ingin mengatakan bahwa saya cukup iri karena sang pengarang, Veronica Roth, berhasil menerbitkan buku ini di usia 23 tahun! Wow! Dia berhasil menulis buku ini pada saat dia masih kuliah. Sirik banget deh :O

Dunia yang ditinggali oleh Tris merupakan sebuah dystopian future yang sayangnya kurang dibangun dengan baik. Pembaca diberi tahu alasan yang melatarbelakangi pemisahan masyarakat berdasarkan faction. Sayangnya, pemisahan berdasarkan sifat-sifat manusia merupakan ide yang saya pikir tidak masuk akal. Bayangkan saja. Orang-orang yang mengagungkan keberanian tidak menjunjung tinggi kejujuran. Atau orang-orang yang menjunung tinggi ketidakegoisan tidak mengagungkan kedamaian. Saya rasa masyarakat yang dipisahkan berdasarkan faction hanya dapat tercipta jika kita semua robot atau dicuci otak.

Tapi buku ini kan tidak menyatakan demikian. Orang-orang tergabung dalam suatu faction karena pilihan yang dibuatnya pada umur 16 tahun.

Divergent diceritakan dengan sudut pandang orang pertama, sehingga pembaca diajak memasuki pikiran Tris, namun pola pikir dan kelakuannya tidak mengundang rasa simpati. Di akhir buku, saya sendiri sudah tidak peduli lagi pada nasib Tris di buku selanjutnya, maupun bagaimana kelanjutan hubungan antara Tris dan Four, instrukturnya yang ”misterius” dan berwatak keras.

Selain latar dan penokohan, salah satu kekurangan terbesar di buku ini adalah tidak dijelaskan mengapa menjadi Divergent itu begitu berbahaya. Di buku ini hanya diceritakan satu kelebihan menjadi seorang Divergent, yaitu kemampuan untuk memanipulasi simulasi. Sepanjang cerita, Tris diperingatkan oleh beberapa tokoh lain bahwa menjadi Divergent itu berbahaya karena banyak orang yang akan megincar nyawanya, namun tidak pernah dijelaskan alasannya.

Sebetulnya rasa penasaran terhdapa hal ini yang membuat saya bertahan membaca Divergent sampai tamat. Tidak terjawabnya pertanyaan tersebut membuat saya sangat frustrasi. Mungkin pertanyaan tersebut akan terjawab di buku kedua dari seri ini, Insurgent, yang baru terbit Mei tahun ini, namun saya sendiri sudah tidak berencana melanjutkan membaca seri ini. Saya sendiri tidak terlalu suka buku ini dan merekomendasikannya hanya jika ingin membaca buku yang mengandung banyak adegan laga namun tidak menguras emosi.

Read Full Post »